Tuesday 2 April 2013

Resensi Film "Madre"


Tanggal 28 April adalah tanggal yang spesial buat Vino G. Bastian. Pasalnya dua film yang dibintanginya tayang secara bersamaan. Saya pun berkesempatan menonton filmnya bersama kawan-kawan saya. Mumpung gratis alias ditraktir.. hehe.. yuk langsung aja ke "review" filmnya..

Sinopsis

Madre mengisahkan bagaimana sejarah seseorang berubah dalam sehari karena sebuah kunci tua. Tansen (Vino G. Bastian, Aktor Terbaik FFI 2008) menerima warisan sebuah amplop berisi kunci tua dari kakek yang tak dikenalnya. Ia diharuskan menemui Pak Hadi (Didi Petet, aktor senior penerima banyak penghargaan) yang mulai menyibak rahasia masa lalu keluarganya, dan menunjukkan warisan yang diterima Tansen: sebuah toples berisi adonan biang roti bernama Madre. Madre berasal dari bahasa Spanyol yang berarti 'ibu'. Almarhum Sang Kakek menginginkan Tansen menghidupkan kembali toko roti yang telah bangkrut itu.

Tansen seorang surfer yang memilih hidup bebas tanpa jeratan rutinitas. Ia terobsesi untuk mencari ombak tertinggi untuk ditaklukan. Ia membagi pengalamannya itu dalam blog-nya yang berjudul Sang Pencari Ombak.

Karena hasratnya mencari kebebasan, Tansen tidak berminat pada toko roti itu. Tapi ketika ia menuliskannya dalam blog, Meilan (Laura Basuki, Aktris Terbaik FFI 2010), yang selama ini diam-diam pembaca blog yang setia tertarik untuk membeli Madre dengan harga tinggi. Meilan, pemilik toko roti modern Fairy Bread, memiliki teka-teki masa lalu terkait dengan adonan biang roti.

Hubungan Tansen dan Meilan berubah menjadi hubungan yang istimewa.  Tapi, di persimpangan, Tansen yang memuja ombak, kebebasan, dan penyendiri harus memutuskan, karena ia jatuh hati. Apakah ia akan menerima Madre dan lingkaran kehidupan yang mengelilinginya? Sedang Mei pun memiliki hambatan besar dalam hidupnya.

Akankah kisah mereka menjadi seperti dalam lirik original soundtrack "Jodoh Pasti Bertemu" yang dinyanyikan Afghan?

Sebuah film komedi romantik yang inspiratif dan segar karya Benni Setiawan (Sutradara Terbaik FFI 2010)

Nah begitulah sinopsisnya yang saya kutip dari situs 21cineplex.com.
Karakterisasi
Tidak ada yang spesial dari karakterisasi di fim ini. Vino G. Bastian masih memerankan karakter anak muda urakan, begajulan, menyukai kebebasan, dan sedikit konyol. Hal yang sama seperti di film-film sebelumnya dan masih diperankan dengan cara yang sama. Ada hal yang berbeda di bentuk fisiknya seperti rambut gimbal dan warna kulit agak hitam. Selebihnya sama saja. Pun dengan Laura Basuki, masih memainkan karakter wanita yang baik, ramah, cantik, dan energik. Masih menurut saya, acting Laura pun biasa-biasa saja alias sama dengan film-film sebelumnya. Akting lumayan memikat dipertontonkan oleh Pak Hadi yang diperankan oleh Didi Petet. Hal ini tak mengherankan karena beliau adalah aktor dengan pengalaman yang luar biasa.

Plot
Di filmnya di gambarkan Tansen meninggalkan dunianya untuk membuka dunia yang baru sebagai pembuat roti melalui biang yang diwariskan kakeknya yaitu "Madre". Kemudian diceritakan Tansen mulai menikmati jadi pembuat roti tentu dengan dukungan Mei disampingnya. Sampai pada akhirnya Tansen disadarkan pada kemungkinan dia tidak akan memiliki Mei. Dia malah pergi dan meninggalkan madre dan kembali ke dunianya. Disini kita bisa lihat kalau Tansen meninggalkan dunianya (berselancar) bukan untuk madre tetapi untuk Mei. Justru dalam film ini yang begitu entusias kepada Madre adalah tokoh Mei. Tansen lebih plinplan, tidak punya dan keputusan bulat.

Gambar
Gambar kota Bandung digambarkan cukup menarik di film ini. Sebuah jalanan yang cukup ramai yang di antaranya berdiri sebuah bangunan toko roti tua. Cukup memikat. Hal yang disayangkan adalah adegan Tansen bermain selancar terasa blur alias kurang jelas. Satu mistake yang cukup ketara terjadi ketika Tansen posting blog di warnet. Pada taskbar windowsnya tampak tab "Telkomsel flash Advan". Mungkin maksudnya adalah produck placement kali ya. Tapi ya masa warnet, jaringan internetnya pake modem single untuk penggunaan pribadi. Kalau hal itu digunakan pada laptop mungkin gak masalah.

Musik
Entah karena penata musiknya sama dengan penata musik di Perahu Kertas. Saya kok merasa mendengar alunan musik di film Madre sama seperti di film Perahu Kertas. Terutama instrumen dan ilustrasi suara perempuan di musiknya.

Ending
Waktu filmnya berakhir, saya tanya ke teman, memang endingnya harus begitu ya? standar banget.. Mengapa Happy ending harus menjadi sebuah standar sehingga kesannya endingnya dipaksakan. (FTV banget)

Kesimpulan
Film "Madre" pada akhirnya menurut saya adalah film yang renyah, mengundang tawa dengan humor-humornya, dan cukup untuk dijadikan hiburan diakhir pekan. Namun begitu hal-hal lain masih terasa kurang sehingga kita tidak boleh memiliki interpretasi yang lebih dari filmnya.

Share this

0 Comment to "Resensi Film "Madre""

Post a Comment