Harus diakui bahwa yang terpenting dalam
pembuatan tulisan berjenis Feature
ini adalah lead. Kekuatannya ada di sana. Lead ibarat pembuka jalan. Jadi kudu
benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca.
Sebab, gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca. Nah,
gagal berarti kehilangan daya pikat. Itu sebabnya, penulis Feature kudu pinter betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi
dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu. Memang sih, nggak ada
teori yang baku tentang menulis lead sebuah Feature.
Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Saya modifikasi dari perkembangan
yang saya lihat di berbagai media massa dan sedikit teori umum tentang itu.
Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead bisa disebutkan sebagai
berikut:
Lead Ringkasan:
Lead Ringkasan:
Lead ini hampir mirip dengan berita biasa,
bedanya, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis Feature menulis lead gaya ini karena
gampang. Misal: Usia tua bukan halangan bagi Bu
Maryam untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah kita. Ia, dengan
semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah seperti yang
lain. Dan seterusnya…. Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis
adalah penjual makanan bernama Bu Maryam yang sudah tua.
Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan
membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya. Misal: Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok
kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia
memberi komando untuk menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak
bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu ketakutan
menyaksikan drama itu… Pembaca masih bertanya apa yang terjadi.
Padahal Feature itu bercerita tentang
maraknya tawuran pelajar yang selama ini selalu bikin resah.
Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca
tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Penulis yang hendak menulis profil
seseorang, biasanya seneng banget bikin lead kayak begini. Misal: Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya
yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara
anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski
banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, Bu Maryam tak
pernah ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang”, katanya suatu saat…..
dst….Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat
kisah Bu Maryam yang bak pelangi.
Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca,
asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini
sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea
baru. Misal: Untuk apa mereka berjihad ke
Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan untuk berjihad
ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20
Maret lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada
yang pejabat yang mengatakan “konyol” terhadap rencana tersebut…dst….Pembaca
kemudian disuguhi Feature tentang
rencana relawan yang akan berjihad ke Irak.
Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk
puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya
lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal:
Hancurkan Amerika!
Tangkap Bush!
Bush Teroris!
Tegakkan Khilafah
Hancurkan demokrasi!
Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan
pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang invasi AS dan sekutunya
ke Irak …. dst…. Pembaca akan disuguhi Feature tentang tuntutan para pengunjuk
rasa tersebut.
Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung
dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara” (bisa
juga Kamu). Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca
itu tidak terlibat pada persoalan. Misal: Kamu jangan
bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya
seabrek, boleh jadi kamu buta tentang teknologi telgam ini dst….
Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus
memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise. Misal: “Saya akan terus berjuang sampai titik darah
yang penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung derita karena dijajah
Israel,” kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat membakar bendera
Israel di Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang
Palestina itu… dan seterusnya. Pembaca kemudian digiring pada kisah
perjuangan rakyat Palestina.
Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead
tadi. Misal: “Saya tak pernah merasa gentar
menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein dalam pidato yang
berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di
hadapan ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu…. Ini
gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan.
Coba ya…
Setelah kita membuat lead, jangan lupa
membuat isinya, yakni yang disebut dengan “Batang Tubuh”. Lead yang menarik,
tentu harus didukung dengan batang tubuh yang menarik juga. Tapi yang jelas
fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan
kalimat sederhana dan pendek-pendek (lihat tip ke-8, “Hindari Kalimat
Raksasa”). Terus deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak
untuk pemanis sebuah Feature.
Kalau dalam berita, cukup ditulis begini: Bu Maryam penjual makanan yang sabar di
kantin sekolah kita. Paling hanya dijelas kan sedikit soal Bu
Maryam. Tapi dalam Feature, kita
dituntut lebih banyak. Profil lengkap Bu Maryam diperlukan, agar orang bisa
membayangkan. Tapi tak bisa dijejal seperti ini: Bu
Maryam, penjual makanan di kantin sekolah kita, yang sudah tua dan menjanda,
umurnya 50 tahun, anaknya 6, rumahnya di Tanah Abang, tetap sabar.
Kita harus memecah data-data itu. Misalnya,
alenia pertama cukup ditulis: Bu Maryam,
50 tahun, penjual yang sabar. Lalu jelaskan tentang contoh
kesabarannya. Bu Maryam yang sudah tua tak
kenal lelah berjualan, untuk menghidupi keenam anaknya yang sebagian masih
berusia remaja. Di bagian lain bisa ditulis: “Demi anak-anak, saya rela membanting
tulang kerja keras” kata wanita yang ditinggal mati suaminya 10 tahun lalu dan
kini tinggal di sebuah rumah di kawasan Tanah Abang. Dan
seterusnya.
Anekdot perlu juga untuk sebuah Feature. Tapi jangan mengada-ada. Jadi
tidak menarik nantinya. Kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh
dengan suatu reportase. Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan
kapan tidak. Misalnya, Bis itu
masuk jurang dengan kedalaman 15 meter lebih 40 centi 8 melimeter…,
apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 15 meter.
Beda dengan yang ini: Gol kemenangan Juventus dicetak Pavel Nedved
pada menit ke 44, ini penting. Sebab tidak bisa disebut sekitar
menit ke 45. Kenapa? Karena menit 45 sudah setengah main. Dalam olahraga
sepakbola, menit ke 41 beda jauh dengan menit ke 35. Bahkan dalam atletik,
waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik. Belum lagi menghitung
waktu dalam arena balapan F1, seper sekian detik juga akan diperhitungkan.
‘kecanggihan’ lead dan batang tubuh tidak akan
sempurna jika tidak ada ‘ending’ (penutup). Jika dalam berita malah tidak ada
penutup. Untuk Feature paling tidak
ada empat jenis penutup. Pertama, penutup “Ringkasan”. Sifatnya merangkum
kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead.
Kedua, penutup “Penyengat”. Jadi, membuat pembaca kaget karena sama sekali tak
diduga-duga. Misalnya, menulis Feature
tentang gembong pelaku curanmor yang berhasil ditangkap setelah melakukan
perlawanan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas polisi sudah
datang, dan sang penjahat itu pun sudah menghuni sel tahanan. Tapi, ending Feature adalah: Esok harinya, penjahat itu telah kabur
kembali.
Ketiga, penutup “Klimak”. Ini penutup biasa
karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas.
Keempat, penutup “Tanpa Penyelesaian”. Cerita berakhir dengan mengambang. Ini
bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri,
tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan,
tapi tak pasti kapan. Misalnya: Entah sampai
kapan perang AS-Irak ini akan berakhir.
0 Comment to "Penulisan Feature : Cara Menulis Feature"
Post a Comment