Monday 28 September 2015

Penulisan Feature : Cara Menulis Feature


Harus diakui bahwa yang terpenting dalam pembuatan tulisan berjenis Feature ini adalah lead. Kekuatannya ada di sana. Lead ibarat pembuka jalan. Jadi kudu benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca. Sebab, gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca. Nah, gagal berarti kehilangan daya pikat. Itu sebabnya, penulis Feature kudu pinter betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara memancing itu haruslah jitu. Memang sih, nggak ada teori yang baku tentang menulis lead sebuah Feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga perkembangan. Saya modifikasi dari perkembangan yang saya lihat di berbagai media massa dan sedikit teori umum tentang itu. Namun, sebagai garis besar beberapa contoh lead bisa disebutkan sebagai berikut:

Lead Ringkasan:
Lead ini hampir mirip dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak penulis Feature menulis lead gaya ini karena gampang. Misal: Usia tua bukan halangan bagi Bu Maryam untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah kita. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah seperti yang lain. Dan seterusnya…. Pembaca sudah bisa menebak, yang mau ditulis adalah penjual makanan bernama Bu Maryam yang sudah tua.
Lead Bercerita:
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya. Misal: Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando untuk menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu ketakutan menyaksikan drama itu… Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal Feature itu bercerita tentang maraknya tawuran pelajar yang selama ini selalu bikin resah.
Lead Deskriptif:
Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian. Penulis yang hendak menulis profil seseorang, biasanya seneng banget bikin lead kayak begini. Misal: Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, Bu Maryam tak pernah ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang”, katanya suatu saat….. dst….Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat kisah Bu Maryam yang bak pelangi.
Lead Pertanyaan:
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal: Untuk apa mereka berjihad ke Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan untuk berjihad ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20 Maret lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada yang pejabat yang mengatakan “konyol” terhadap rencana tersebut…dst….Pembaca kemudian disuguhi Feature tentang rencana relawan yang akan berjihad ke Irak.
Lead Nyentrik:
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal:
Hancurkan Amerika!
Tangkap Bush!
Bush Teroris!
Tegakkan Khilafah
Hancurkan demokrasi!
Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak …. dst…. Pembaca akan disuguhi Feature tentang tuntutan para pengunjuk rasa tersebut.
Lead Menuding:
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara” (bisa juga Kamu). Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan. Misal: Kamu jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya seabrek, boleh jadi kamu buta tentang teknologi telgam ini dst….


Lead Kutipan:
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan tidak klise. Misal: “Saya akan terus berjuang sampai titik darah yang penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung derita karena dijajah Israel,” kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat membakar bendera Israel di Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina itu… dan seterusnya. Pembaca kemudian digiring pada kisah perjuangan rakyat Palestina.
Lead Gabungan:
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misal: “Saya tak pernah merasa gentar menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein dalam pidato yang berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di hadapan ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu…. Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan. Coba ya…
Setelah kita membuat lead, jangan lupa membuat isinya, yakni yang disebut dengan “Batang Tubuh”. Lead yang menarik, tentu harus didukung dengan batang tubuh yang menarik juga. Tapi yang jelas fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek (lihat tip ke-8, “Hindari Kalimat Raksasa”). Terus deskripsi, baik untuk suasana maupun orang (profil) mutlak untuk pemanis sebuah Feature.
Kalau dalam berita, cukup ditulis begini: Bu Maryam penjual makanan yang sabar di kantin sekolah kita. Paling hanya dijelas kan sedikit soal Bu Maryam. Tapi dalam Feature, kita dituntut lebih banyak. Profil lengkap Bu Maryam diperlukan, agar orang bisa membayangkan. Tapi tak bisa dijejal seperti ini: Bu Maryam, penjual makanan di kantin sekolah kita, yang sudah tua dan menjanda, umurnya 50 tahun, anaknya 6, rumahnya di Tanah Abang, tetap sabar.
Kita harus memecah data-data itu. Misalnya, alenia pertama cukup ditulis: Bu Maryam, 50 tahun, penjual yang sabar. Lalu jelaskan tentang contoh kesabarannya. Bu Maryam yang sudah tua tak kenal lelah berjualan, untuk menghidupi keenam anaknya yang sebagian masih berusia remaja. Di bagian lain bisa ditulis: “Demi anak-anak, saya rela membanting tulang kerja keras” kata wanita yang ditinggal mati suaminya 10 tahun lalu dan kini tinggal di sebuah rumah di kawasan Tanah Abang. Dan seterusnya.
Anekdot perlu juga untuk sebuah Feature. Tapi jangan mengada-ada. Jadi tidak menarik nantinya. Kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh dengan suatu reportase. Detil penting tetapi harus tahu kapan terinci betul dan kapan tidak. Misalnya, Bis itu masuk jurang dengan kedalaman 15 meter lebih 40 centi 8 melimeter…, apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 15 meter.
Beda dengan yang ini: Gol kemenangan Juventus dicetak Pavel Nedved pada menit ke 44, ini penting. Sebab tidak bisa disebut sekitar menit ke 45. Kenapa? Karena menit 45 sudah setengah main. Dalam olahraga sepakbola, menit ke 41 beda jauh dengan menit ke 35. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan 10.24 detik. Belum lagi menghitung waktu dalam arena balapan F1, seper sekian detik juga akan diperhitungkan.
 ‘kecanggihan’ lead dan batang tubuh tidak akan sempurna jika tidak ada ‘ending’ (penutup). Jika dalam berita malah tidak ada penutup. Untuk Feature paling tidak ada empat jenis penutup. Pertama, penutup “Ringkasan”. Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu kembali ke intro awal atau lead. Kedua, penutup “Penyengat”. Jadi, membuat pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Misalnya, menulis Feature tentang gembong pelaku curanmor yang berhasil ditangkap setelah melakukan perlawanan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas polisi sudah datang, dan sang penjahat itu pun sudah menghuni sel tahanan. Tapi, ending Feature adalah: Esok harinya, penjahat itu telah kabur kembali.
Ketiga, penutup “Klimak”. Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis. Jadi penyelesaiannya jelas. Keempat, penutup “Tanpa Penyelesaian”. Cerita berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan. Misalnya: Entah sampai kapan perang AS-Irak ini akan berakhir.

Share this

0 Comment to "Penulisan Feature : Cara Menulis Feature"

Post a Comment